Sabtu, 06 Maret 2010

Askep acut limphosityc leucemia (ALL) bY Eben Zalukhu

ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA


 

PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).

PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:

Faktor eksogen

Sinar x, sinar radioaktif.

Hormon.

Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).

Faktor endogen

Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)

Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).

Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).

(Ngastiyah, 1997)

PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:

  • Pilek tak sembuh-sembuh
  • Pucat, lesu, mudah terstimulasi
  • Demam, anoreksia, mual, muntah
  • Berat badan menurun
  • Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
  • Nyeri tulang dan persendian
  • Nyeri abdomen
  • Hepatosplenomegali, limfadenopati
  • Abnormalitas WBC
  • Nyeri kepala

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah:

  1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
    1. Ditemukan sel blast yang berlebihan
    2. Peningkatan protein
  2. Pemeriksaan darah tepi
    1. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
    2. Peningkatan asam urat serum
    3. Peningkatan tembaga (Cu) serum
    4. Penurunan kadar Zink (Zn)
    5. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
  3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
  4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
  5. Sitogenik:

    50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:

    1. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
    2. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
    3. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

PENGOBATAN PADA ALL

Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tandatanda DIC dapat diberikan heparin.

Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6merkaptopurin atau 6mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, Lasparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersamasama dengan prednison. Pada pemberian obatobatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhzitihati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.

Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).

Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.

Cara pengobatan.

Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:

  1. Induksi

    Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%

  2. Konsolidasi

    Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

  3. Rumat (maintenance)

    Untuk mempertahankan masa remisi, sedapatdapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.

  4. Reinduksi

    Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 36 bulan dengan pemberian obatobat seperti pada induksi selama 1014 hari.

  5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.

    Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.

  6. Pengobatan imunologik

    Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.

    (FKUI, 1985)

PATHWAYS


 

Proliferasi Sel Kanker

Sel Kanker Bersaing Dengan Sel Normal

Untuk Mendapatkan Nutrisi


 

Infiltrasi


 

Sel Normal Digantikan Dengan Sel Kanker


 

Depresi Sumsum tulang Metabolisme Infiltrasi SSP Infiltrasi ekstra medular

                       


 

                 Sel Kekurangan Meningitis Pembesaran Limpa,Liver,Nodus Limfe, Tulang

                     makanan     leukemia        


 

eritrosit leukosit faktor     tekanan jaringan

             pembekuan nyeri tulang & persendian    tulang mengecil& lemah

                                

anemia infeksi perdarahan    

fraktur fisiologis


 

         demam trombositopeni                    

                                                                    

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain:

  1. Intoleransi aktivitas
  2. Resiko tinggi infeksi
  3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
  4. Resiko cedera (perdarahan)
  5. Resiko kerusakan integritas kulit
  6. Nyeri
  7. Resiko kekurangan volume cairan
  8. Berduka
  9. Kurang pengetahuan
  10. Perubahan proses keluarga
  11. Gangguan citra diri / gambaran diri


 

PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:

Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.

Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis

Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan

Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang

Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari

Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas

Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi

Jika diprogramkan, berikan packed RBC

Mencegah terjadinya infeksi

Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.

Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka:

Tampatkan pasien dalam ruangan khusus

Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan.

Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi

Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif

Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)

Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.

Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari

Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan

Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.

Mencegah cidera (perdarahan)

Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.

Pantau tanda vital dan nilai trombosit

Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik

Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak

Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema

Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit.

Memberikan nutrisi yang adekuat

Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien

Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan

Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi

Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari

Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat

Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan.

Mencegah kekurangan cairan

Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi

Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah

Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering

Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi

Antisipasi berduka

Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga

Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif

Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling

Fasilitasi express feeling melalui permainan

Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:

Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.

Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.

Aktivitas dan latihan sesuai toleransi

Mengatasi kecemasan

Pemberian nutrisi

Pengobatan dan efek samping pengobatan

Meningkatkan peran keluarga

Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik

Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR

Dorong keluarga untuk express feelings

Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak

Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri

Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya

Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)

Dukung interaksi sosial / peer group

Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.


 

DAFTAR PUSTAKA


 

  1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
  3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya.
  4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
  5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
  6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC.
  7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC
  8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003.


 


 

Tidak ada komentar: