Rabu, 01 September 2010

Laparatomi

  1. Definisi

    Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Yang dimaksud pembedahan perlaparatomi adalah:

    1) Berbagai jenis oprasi pada uterus;

    2) Oprasi pada tuba fallopii;

    3) Oprasi pada ovarium.

    Ada empat cara, yaitu:

    1. Midline incision
    2. Paramedium, yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm) dan panjang (12,5 cm).
    3. Transverse upper abdomen incision, yaitu; insisi di bagian atas.
    4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka.
  2. Indikasi
    1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
    2. Peritonitis
    3. Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding)
    4. Sumbatan pada usus halus dan besar
    5. Masa pada abdomen.
  3. Komplikasi
    1. Ventilasi paru tidak adekuat
    2. Gangguan kardiovaskuler
    3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
    4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.
  4. Perawatan post laparatomi

    Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepada klien yang telah menjalani oprasi pembedahan perut. Adapun tujuan perawatan post laparatomi, antara lain:

    1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
    2. Mempercepat penyembuhan.
    3. Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum oprasi.
    4. Mempertahankan konsep diri klien.
    5. Mempersiapkan klien pulang
  5. Tujuan perawatan post laparatomi;
    1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
    2. Mempercepat penyembuhan.
    3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
    4. Mempertahankan konsep diri pasien.
    5. Mempersiapkan pasien pulang.
  6. Data-data yang perlu dikaji adalah
    1. Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah; Respiratory

      Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

    2. Sirkulasi

      Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.

    3. Persarafan : Tingkat kesadaran.
    4. Balutan
      Apakah ada tube, drainage ?

      Apakah ada tanda-tanda infeksi?

      Bagaimana penyembuhan luka ?

    5. Peralatan
      Monitor yang terpasang.

    Cairan infus atau transfusi.

    1. Rasa nyaman

      Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.

      Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.


 

PERAWATAN LUKA

  1. Pengertian
    Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

    Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

    1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
    2. Respon stres simpatis
    3. Perdarahan dan pembekuan darah
    4. Kontaminasi bakteri
    5. Kematian sel
  2. Mekanisme terjadinya luka :
    1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
    2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
    3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
    4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
    5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
    6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
    7. Luka Bakar (Combustio)
  3. Jenis-Jenis Luka

    Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :

    1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
    2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
    3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
    4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.


 


 

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :

  1. Stadium I : Luka Superfisial ("Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
  2. Stadium II : Luka "Partial Thickness" : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
  3. Stadium III : Luka "Full Thickness" : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
  4. Stadium IV : Luka "Full Thickness" yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi :

  1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
  2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.


 

JENIS TINDAKAN KEPERAWATAN

  1. Secara mandiri (independen) : adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyait), misalnya :
    1. Membantu klien dalam melakuan kegiatan sehari-hari
    2. Memberikan perawatan
      kulit untuk mencegah dekubitus
    3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar
    4. Menciptakan lingungan terapeutik
  2. Saling ketergantungan (interdependent/kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analis kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
    1. Pemberian obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter
    2. Pemberian infus
  3. Rujukan/ketergantungan (dependen) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dan sebagainya, misalnya :
    1. Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi
    2. Latihan fisik – ahli fisioterapi

Skala Nyeri

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul


 


 

Tidak ada komentar: